السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الله اكبر ×9 الله اكبر كبيرا والحمد لله
كثيرا وسبحان الله بكرة واصيلا، لااله الا الله وحده، صدق وعده، ونصر عبده، واعز جنده،
وهزم الاحزاب وحده. لااله الاالله ولانعبد الا اياه مخلصين له الدين ولوكره الكافرون.
لااله الاالله والله اكبر، الله اكبر ولله الحمد.
أَشْـهَـدُ أَنْ لا إله
إلا الله وحـده لا شريك له إِلَـهُ اْلعَـالَمِيْنَ . وَأَشْـهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا
وَنَبِيَّنا مُحَمَّـدًا عَبْـدُهُ وَرَسُوْلُهُ سَـيِّـدُ الْمُرْسَلِيْنَ . اَلَّلــهُمَّ
صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى هَـذَا النَّبِىِّ الْكَرِيْمِ وَ عَلَى آلِهِ وَ صَحْبِهِ
أَجْمَعِيْنَ، أَمَّا بَعْـــدُ: فَيَا أَيُّهَا الْمُسْـلِمُوْنَ أُوْصِيْـكُمْ وَإِيَّايَ
بِتَقْوَى اللَّـهِ وَطَـاعَتِهِ لَعَلَّــكُمْ تُـفْـلِحُوْنَ ! قَالَ تَعَالَى:
يَاأَيُّهَا اَّلذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ
إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. صَدَقَ اللهُ اْلعَظِيْمُ
Kita memuji hanya kepada Allah yang dengan ridhah dan
rahmat-Nya, kita semua dipertemukan di majelis Id dalam suasan gembira dan bahgia.
Kita bersyukur kepada Allah karena dengan inayah dan pertolongan-Nya kita
berhasil menjalankan ibadah puasa sebulan penuh. Kita bershalawat kepada Nabi
Muhammad Saw sebagai komitmen kita untuk menegakkan sunnahnya dalam kehidupan
kita sehari-hari.
Allahu Akbar 3 x
Sebulan penuh kita berpuasa adalah bentuk ibadah yang secara
khusus dilakukan dalam bentuk proses pembersihan dan pencucian jiwa. Proses
pembersihan jiwa dimulai dari kesadaran menyesali segala bentuk kesalahan,
tidak akan mengulangi dan kemudian bertobat secara sungguh-sungguh, sementara
proses pencicuan jiwa diisi dengan memperbanyak zikir(shalat, baca Alquran,
wirid) dan memperbanyak amal social. Keseluruhan proses itu kita lakukan dengan
ihlas hanya mengharap keridhaan Allah maka kita mendapat balasan ampunan
seperti yang dijanjikan Nabi Muhammad
Saw;
من صـام رمضـان إيمـانا واحتسـابا غفرله ما تقـدم
من ذنبـه
Barangsiapa yang berpuasa dengan dasar iman dan ikhlas
diampunkan dosanya yang telah lalu.
Kerinduan setiap orang menikmati kehidupan yang tentram, damai dan bahagia
ternyata tidak dapat dicapai melalui sumber-sumber materi, karena jiwa sebagai
sumber lahirnya kebahagiaan, ketentraman dan kedamaian justru bersifat non-materi. karena jiwa itu
sendiri berasal dari non-materi sehingga pendekatan kebutuhannya harus
berdasarkan sifat azalinya. Jiwa adalah fitrah dan hanya bisa diselamatkan
dengan fitrah itu sendiri yaitu agama.
Perintah untuk tetap pada agama yang lurus karena agama ini diwahyukan
untuk menguatkan fitrah yang sudah ada pada diri manusia sejak diciptakan.
Maka hadapkanlah wajahmu dengan Lurus kepada agama Allah;
(tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu.
tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi
kebanyakan manusia tidak mengetahui[1168],
Dari sini diyakini bahwa
kebutuhan mendasar manusia dalam hidup adalah agama yaitu jalan kefitraan,
karena seluruh perilaku hdup manusia dikendalikan oleh fitrah, sebab sumber
esensi fitrah adalah dari ruh Tuhan, sementara ruh suci Tuhan tersebut telah diberikan
kepada manusia sebagai hamba sekaligus khalifah Tuhan di bumi. Hanya dengan
keyakinan yang benar dan kuat manusia mampu menjalani hidup ini secara baik
berdasarkan ajaran agama.
Ajaran agama Islam adalah
ajaran yang bersifat kemanusiaan, karena
bertujuan menuntun manusia mencapai kebahagiaan, tetapi itu bukan kemanusiaan
yang berdiri sendiri, melainkan kemanusiaan yang memancar dari Ketuhanan (habl min al-nas yang memancar dari habl min Allah). Kemanusiaan itu diwujudkan justru dengan
tidak membatasi tujuan hidup manusia hanya kepada nilai-nilai sementara (al-duniya) dalam hidup di bumi saja
tetapi meramba dan menembus langit, mncapai nilai-nilai tertinggi yang abadi di
akhirat.
Allahu Akbar 3 x
Aplikasi perilaku hidup yang didorong
oleh semangat fitrah inilah yang akan dipaparkan pada khotabh kali ini dengan
pendekatan “ihsan” sebagai ukuran dari kualitas suatu perilaku pribadi yang
utuh dan sempurna. Kata ihsan(Arab)
terambil dari kata husn artinya
menyenangkan, mencakup sesutau yang menggembirakan dan menyenangkan. Dalam
praktek, istilah ihsan digunakan
untuk dua hal, pertama untuk memberi nikmat kepada pihak lain, kedua
perbuatan baik dan bermanfaat. Istilah
ihsan lebih luas maknanya dari pada
adil, perilaku adil adalah memperlakukan orang lain sama dengan
perlakuannya kepada Anda, sedangkan ihsan mmemperlakukannya lebih baik dari
perlakuannya kepada Anda. --- Adil adalah mengambil semua hak Anda dan atau
memberi semua hak oran g lain. --- Ihsan adalah memberi lebih banyak daripada
yang harus Anda beri dan mengambil lebih sedikit dari yang seharusnya Anda
ambil.
Melalui semangat fitrah(kesucian)
mendorong setiap orang untuk secara konsisten melakukan pengabdian terbaik
kepada Allah, pengabdian(menyembah) dengan motivasi ihsan artinya menyembah seakan-akan
melihat Allah dan jika tidak melihat maka pasti Allah melihatmu.
Perilaku ihsan yang bergerak dengan
dorongan fitrah(kesucian jiwa) kemudian memberikan cahaya terhadap semua
gagasan dan menuntun pikiran manusia
memutuskan apa yang harus dilakukan
sehingga melahirkan ucapan, perbuatan dan sikap yang utuh dan sempurna
dalam semua dimensi penyembahan (pengabdian). Totalitas pengabdian ini
dilakukan dengan kesadaran keyakinan bahwa;
Pertama; jauh sebelum seseorang itu berbuat ihsan,
keseluruhan makna ihsan itu telah dan sedang dinikmati oleh semua manusia .
Dan berbuat baiklah (kepada orang lain)
sebagaimana Allah Telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat
kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
berbuat kerusakan(.al-Qashash, 28; 77)
Malapetaka kehidupan ini bersumber dari
perilaku kita yang tidak diridhai Allah. Boleh jadi sikap, ucapan dan tindakan
itu baik menurut ukuran pelakunya, tetapi merugikan atau mengecewakan pihak
lain tentu saja akan berdampak pada sikap antipati atau sentimen bagi yang
merasakannya.
Ihsan kepada Allah berarti semua bentuk ibadah
ritual yang ditetapkan sebagai sarana menuju Allah Yang Maha Suci seharusnya
dilakukan secara maksimal. Kesadaran tauhid yang terbentuk dari fitrah dan
menempatkan ihsan sebagai bentuk penyembahan kepada Allah akan merubah
paradigma bahwa semua bnetuk ibadah ritual Islam(rukun Islam) bukan lagi
sekedar kewajiban melainkan “kebutuhan dasar” dalam hidup sehingga tidak ada
alasan untuk menunda jika tiba waktunya untuk ditunaikan kecuali ada halangan
yang dibenarkan oleh qaidah ibadah(syara’). Ibadah dengan motivasi kebutuhan
mendasar memberi peluang semua orang meraih kualitas pengabdian sebagai
(mutaqqin) orang-orang bertakwa suatu derajat yang berada dekat di sisi Allah.
Kedua; perilaku ihsan adalah bentuk ketaatan
yang murni dari seorang hamba kepada Maha Pencipta dalam istilah pemikiran
ibadah memaknai “ikhlash” kemurnian dalam ketaatan;
Dialah yang hidup kekal, tiada Tuhan (yang berhak disembah)
melainkan Dia; Maka sembahlah dia dengan memurnikan ibadat kepada-Nya. segala
puji bagi Allah Tuhan semesta alam.(al-Mu’min.40: 65)
Perilaku ishsan
dengan dorongan fitrah harus membentuk suatu kesadaran bahwa mualai sekarang
tidak ada lagi alasan untuk menunda urusan ibadah ritual kepada Allah kecuali
ada hal yang membahayakan diri dan orang lain.
Allahu
Akbar 2x
Ihsan
dalam kehidupan sosial.
Al-Quran
menununjuk kedua orang tua sebagai model dari perilaku ihsan artinya bentuk
pengabdian totalitas tanpa mengharap imbalan seperti yang dicontohkan oleh
kedua orang tua, maka Allah memerintahkan perilaku ihsan didekatkan dengan
menyembah-Nya.
*
23. Dan Tuhanmu Telah memerintahkan supaya kamu
jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu
dengan sebaik-baiknya. (al-Israa’ 17: 23)
Bentuk ihsan yang
dipersembahkan oleh kedua orang tua kepada anaknya adalah keseluruhan dari
pertanggungan, perlindungan, pertolongan, pemeliharaan, perawatan sejak janin
dalam kandungan sampai sang anak menanjak dewasa mandiri. Al-Quran menerangkan
totalitas ihsan dari seorang ibu;
$uZøŠ¢¹urur z`»|¡SM}$# Ïm÷ƒy‰Ï9ºuqÎ/ $·Z»|¡ômÎ) (
çm÷Fn=uHxq ¼çm•Bé& $\döä. çm÷Gyè|Êurur $\döä. (
¼çmè=÷Hxqur ¼çmè=»|ÁÏùur tbqèW»n=rO #·öky 4
Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua
orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya
dengan susah payah (pula). mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh
bulan, ".(al-Ahqaaf. 46; 15)
Manusia adalah mahluk yang paling lama
dipelihara dan membutuhkan totalitas pengorobanan yang murni terhadap semua
aspek kebutuhan. Secara sempurna ibu menanggung, adalah beban untuk calon
bayi(janin)yang meminta jaminan bukan hanya dari segi fisik melainkan jiwa(nyawa)
dalam proses kematangannya. Melindungi
anak selama dalam kandungan adalah kesadaran untuk memastikan bahwa janin terbebas dari
segala gangguan yang diekspresikan melalui semangat dan gairah hidup seorang
ibu, setelah lahir dilanjutkan dengan merawat, memelihara,menolong sampai dewasa dan mandiri. Peran bapakpun
sama maknanya dalam menanggung dan menjamin kelangsungan hidup keluarga.
Pada tahap pembentukan dan pengembangan jati
diri, seseorang tidak menjadi sukses karena usahanya sendiri, melainkan
terbentuk melalui keterlibatan (perilaku ihsan) pihak lain baik langsung atau
tidak langsung, dikenal atau tidak, sebagai teman atau lawan. Sehingga
keberadaan seseorang sejak dari kandungan ibu sampai akhirnya masuk ke liang
lahat(dikebumikan) selalu melibatkan banyak pihak.
Allah Akbar 3 x.
Tantangan
terhadap perilaku kehidupan global ketika agama diklaim sebagai hakim untuk
menghukum semua hak-hak penyembahan aliran keyakinan lain yang nota bene tidak
mengganggu atau menghalangi perilaku kehidupan sesama agama. Secara tegas pula
al-Quran menggarisbawahi adanya bencana social kemasyarakatan ketika perilaku
keagamaan mengabaikan solidaritas social atau sebaliknya;
ôMt/ÎŽàÑ ãNÍköŽn=tã èp©9Ïe%!$# tûøïr& $tB (#þqàÿÉ)èO žwÎ) 9@ö6pt¿2 z`ÏiB «!$# 9@ö6ymur z`ÏiB Ĩ$¨Y9$#
Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka
berada, kecuali jika mereka berpegang kepada tali (agama) Allah dan tali
(perjanjian) dengan manusia...(Ali Imran. 3: 112).
Kesadaran
tauhid(fitrah) yang membentuk perilaku ihsan akan senantiasa
menghormati
bahkan memberi ruang bagi semua aliran untuk mempraktekan ritual keagamaan
secara aman. Bumi ini diciptakan Allah untuk dihuni oleh semua makhluk termasuk
menusia beriman, kafir, dan musyrik dengan kewajiban saling menjalin hubungan
social kemasyarakat yang aman dan harmonis.
Allah Akabar 3 x
Membangun
kehidupan setelah ramadhan dimulai
dengan komiteman hari ini bahwa;
- Ihsan kepada Allah artinya menempatkan
iabadah ritual kepada Allah merupakan kebutuhan pokok dalam hidup dan
dijalankan tidak sekedar menggugurkan kewajiban melainkan dengan kesadaran
bahwa pasti ada suatu perubahan positif bagai kehidupan hari ini dan kedepan.
- Ihsan kepada
sesama artinya berusaha memberi manfaat lebih banyak kepada siapa saja, karena
telah banyak sekali orang yang menajdikan diri kita sebagai orang sukses saat
ini.
Hanya kepada
agama Allah kita berpegang teguh menegakkan keyakinan dan melaksanakan
penyembahan secara ihsan dan ikhlash,
kitapun bertekad menjalin tali silaturahim untuk semua pihak di setiap
waktu dan tempat.
Mengakhiri khotbah ini kita berdoa’a semoga puasa kita
menjadi bekal hidup saat ini dan ke depan.
اَللّهُمَّ
صَلِّى وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَ اَصْحَابِهِ وَمَنْ
دَعَا إِلَى اللهِ بِدَعْوَةِ اْلإِسْلاَمِ وَمَنْ تَمَسَّكَ بِسُنَّةِ رَسُوْلِهِ
وَمَنْ تَبِعَهُ بِإِحسْاَنٍ اِلى يَوْمِ الدِّيْنِ
أَللّهُمَّ
اغْفِرْلَنَا وَلِوَالِدَيْنَا وَ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانَا صِغَارًا،
أَللّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَ الْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ
وَالْمُؤْمِنَاتِ اَْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ
اَللَّهُمَّ
اجْعَلْناَ بِاْلإيْماَنِ كاَمِلِيْنَ وَلِلْفَرَائِضِ مُؤَدِّيْنَ وَلِلدَّعْوَةِ
حَامِلِيْنَ وَبِاْلإِسْلاَمِ مُتَمَسِّكِيْنَ وَعَنِ اللَّغْوِ مُعْرِضِيْنَ
وَفِي الدُّنْيَا زَاهِدِيْنَ وَفِي اْلآخِرَةِ رَاغِبِيْنَ وَبِالْقَضَاءِ
رَاضِيْنَ وَلِلنِّعَمِ شاَكِرِيْنَ وَعَلَى اْلبَلاَءِ صاَبِرِيْنَ.
اَللَّهُمَّ
اجْعَلْ بِلاَدَنَا هَذَا وَسَائِرَ بِلاَدِ الْمُسْلِمِيْنَ سَخَاءً رَخاَءً،
اَللَّهُمَّ مَنْ أَرَادَناَ سُوْأً فَاَشْغِلْهُ فِي نَفْسِهِ وَمَنْ كَادَنَا فَكِدْهُ
وَاجْعَلْ تَدْمِيْرَهُ فِي تَدْبِيْرِهِ. اَللَّهُمَّ اجْعَلْناَ فِيْ ضِمَانِكَ
وَأَمَانِكَ وَبِرِّكَ وَاِحْسَانِكَ وَاحْرُسْ بِعَيْنِكَ الَّتِيْ لاَ تَناَمُ
وَاحْفَظْناَ بِرُكْنِكَ الَّذِيْ لاَ يُرَامُ.
اَللّهُمَّ
يَا مُنْـزِلَ الْكِتَابِ وَمُجْرِيَ الْحِساَبِ وَمُحْزِمَ اْلأَحْزَابِ اِهْزِمِ
اْليَهُوْدَ وَاَعْوَانَهُمْ والَصَلِّيْبِيِّيْنَ الظَّالِمِيْنَ وَاَنْصَارَهُمْ
وَالرَّأْسُمَالِيِّيْنَ وَاِخْوَانَهُمْ وَ اْلإِشْتِرَاكَيِّيْنَ
وَالشُيُوْعِيِّيْنَ وَاَشْيَاعَهُمْ
Khotbah
Idul Fitri 2014
Disampaikan
pada shalat Idul Fitri di Masjid Hijratul Ummah
Tgl.
1 Syawal 1424 H/28 Juli 2014 M
Drs.
Urbanus Uma Leu, M. Ag